Notification

×

Iklan

Iklan

Festival Dikee Aceh di Sabang: Menyalakan Semangat Kebersamaan Lewat Irama Tradisi

Senin, 27 Oktober 2025 | 23.06 WIB Last Updated 2025-11-07T12:21:04Z

 

SABANG – Suara lantunan Dikee berpadu dengan tawa anak-anak menghidupkan suasana Gampong Balohan, Kota Sabang, akhir pekan ini. Masyarakat berkumpul di lapangan desa untuk merayakan Festival Dikee Aceh 2025, sebuah perhelatan budaya yang lahir dari semangat warga untuk menjaga dan menghidupkan kembali seni tradisi Aceh.
Kegiatan ini menjadi ruang bagi masyarakat untuk kembali menyalakan rasa kebersamaan dan memperkuat identitas budaya melalui seni dan adat istiadat. Tidak hanya sekadar hiburan, festival ini menjadi wujud nyata kecintaan warga terhadap warisan leluhur yang mulai jarang ditampilkan di kehidupan modern.
Wadah Melestarikan Warisan Budaya
Ketua Panitia, Erni Indriati, menjelaskan bahwa Festival Dikee Aceh berawal dari inisiatif masyarakat Gampong Balohan yang ingin menghidupkan kembali tradisi lama sebagai bagian dari kehidupan sosial mereka. Menurutnya, kegiatan ini juga menjadi bentuk kesadaran baru masyarakat terhadap pentingnya menjaga budaya lokal agar tidak hilang ditelan zaman.
“Festival ini bukan sekadar hiburan, tapi wujud cinta masyarakat terhadap budaya Aceh. Menjaga warisan budaya adalah tanggung jawab bersama, agar anak-anak kita tidak hanya mengenalnya dari cerita, tetapi juga bisa merasakannya langsung,” ujar Erni, Senin (27/10/2025).
Ia menambahkan, melalui kegiatan seperti ini, masyarakat tidak hanya menonton, tetapi juga terlibat langsung — mulai dari mempersiapkan acara, membuat perlengkapan, hingga menampilkan pertunjukan seni.
Partisipasi Luas dan Antusiasme Tinggi
Tahun ini, lebih dari 120 peserta dari berbagai gampong di Sabang ikut memeriahkan festival. Mereka menampilkan beragam pertunjukan Dikee, lomba anak-anak berbasis budaya, permainan rakyat, hingga pameran kuliner tradisional Aceh.
“Antusiasme masyarakat luar biasa. Banyak anak muda yang mulai tertarik belajar Dikee dan menampilkan tradisi Aceh dengan gaya mereka sendiri. Ini pertanda baik bahwa regenerasi budaya sedang berjalan,” tambah Erni.
Di tengah arus globalisasi dan derasnya budaya modern, kehadiran Festival Dikee menjadi bukti bahwa masyarakat Aceh masih memiliki semangat kuat untuk mempertahankan jati dirinya. Para peserta dan penonton tampak menikmati setiap penampilan dengan penuh kebanggaan dan kekompakan.
Gotong Royong dan Kebersamaan Masyarakat
Yang menarik, hampir seluruh warga Balohan ikut berperan dalam suksesnya kegiatan ini. Mulai dari pemuda, ibu-ibu PKK, tokoh adat, hingga anak-anak, semuanya berkontribusi sesuai kemampuan mereka. Ada yang membantu memasak, menyiapkan dekorasi, mengatur panggung, hingga menyambut tamu yang datang.
Suasana gotong royong dan kekeluargaan terasa di setiap sudut acara. Aroma masakan tradisional bercampur dengan irama rebana dan lantunan Dikee menciptakan suasana khas Aceh yang penuh kehangatan.
“Inilah makna sebenarnya dari kebersamaan. Festival ini milik kita semua, bukan hanya acara kesenian, tetapi juga cara kami merawat hubungan sosial dan memperkuat rasa persaudaraan,” kata salah satu warga, M. Yusuf, yang ikut menjadi panitia lapangan.
Harapan Menjadi Agenda Tahunan
Melihat antusiasme dan dampak positifnya, masyarakat berharap Festival Dikee Aceh dapat dijadikan agenda tahunan di Sabang. Mereka menilai kegiatan seperti ini mampu memperkuat jati diri, mempererat silaturahmi antarwarga, sekaligus menjadi daya tarik wisata budaya bagi pengunjung luar daerah.
“Kami ingin festival ini terus digelar setiap tahun. Ini bukan hanya tentang masa lalu, tapi tentang bagaimana kita menghidupkan tradisi dalam kehidupan hari ini,” tutup Erni penuh harap.
Dengan semangat kebersamaan, Festival Dikee Aceh di Gampong Balohan bukan hanya sebuah perayaan budaya, tetapi juga simbol bahwa tradisi dan modernitas bisa berjalan beriringan — menjaga akar budaya sekaligus menumbuhkan kebanggaan sebagai masyarakat Aceh.

×
Berita Terbaru Update